Negeri
Indonesia adalah negeri yang kaya akan Sumber Daya Alam. Negara kepulauan
dengan berpuluhan ribu pulau yang masing-masing mempunyai potensi kekayaan alam
yang luar biasa. Perairannya menyimpan berbagai kemilau mutiara. Tetapi, apakah
pada hari ini, masing-masing penduduknya memiliki kekayaan dan bisa menikmati
kekayaan itu? Apakah pada hari ini tidak ada lagi rakyat yang mengeluh
kelaparan karena negara ini adalah negara agraris yang sebagian masyarakatnya adalah
bertani menghasilkan makanan pokok? Dan apakah sudah tidak ada lagi para
pekerja paksa seperti jaman penjajahan kolonial?
Ketika
kita membuka mata dan pikiran, melihat dan memahami realitas menyedihkan yang
dialami oleh bangsa ini, sungguh tidak wajar bila kita masih merasa negeri ini
sedang baik-baik saja. Berpuluhan kali kita merayakan hari kemerdekaan dengan
suka cita, padahal banyak sekali orang-orang yang tidakpernah kita ketahui
keadaanya, merasa belum pernah merasakan kemerdekaan sesungguhnya bagi diri
mereka. Rakyat kelas bawah yang masih bingung memikirkan besok bisa makan atau
tidak, para pekerja pabrik yang upahnya bahkan tidak sesuai dengan keringat
yang mereka keluarkan. Itu adalah sekelumit contoh realita rakyat negeri ini.
Sebuah
film dokumenter karya John Pilger yang menggambarkan sebuah dampak globalisasi,
membuat bertambah miris hati kita. Bagaimana tidak, di dalam film itu di
tunjukkan bahwa Perusahaan-perusahaan yang memproduksi merk-merk terkenal
seperti : GAP, NIKE, dll ternyata membayar
para buruhnya dengan upah yang sangat rendah. Perusahaan besar ini
sengaja mencari negara-negara miskin yang memilki SDM yang banyak, kemudian
para SDM itu mau untuk dijadikan pekerja, walaupun dengan upah yang sangat
minim. Dari hasil produksi sebuah sepatu yang berharga 1,4 juta, mereka hanya
mendapatkan bagian 5ribu rupiah per sepatu. Sedangkan dari produksi sebuah
boxer yang harganya 112ribu, para buruh ini hanya mendapatkan 500perak per
potong. Data ini di dapatkan John Pilger, seorang peneliti dari Australia yang
melakukan wawancara dengan beberapa buruh yang bekerja di perusahaan yang
menproduksi barang-barang mewah dan elite tersebut. Dan para buruh ini bekerja
di bawah sentrongan lampu yang watt-nya tinggi. Mereka tidak boleh lengah
sedikitpun, apalagi kalau ada tuntutan barangnya harus di ekspor, para buruh
ini bisa bekerja selama 18 -20jam nonstop.
Hal
itu adalah sekilas potret penderitaan rakyat ini. Belum lagi potret-potret
kerusakan sistem. Seperti politisasi pendidikan, kasus-kasus korupsi, fenomena
penyelewengan hukum, dan masih banyak lagi tentunya. Latar belakang ini yang
mendorong kami sebagai himpunan bagian dari masyarakat negeri ini untuk ikut
bergerak dalam memperbaiki negeri. Dengan mengambil peran dan tindakan yang
sesuai dengan kedudukan kami sebagai mahasiswa, kami akan melakukan pergerakan
perubahan itu. Memang kami tidak mempunyai kekuatan untuk merubah sistem, tapi
kami mempunyai kemauan untuk membangun kekuatan itu.
Kini,
kami sedang menempuh pendidikan karir. Dan kami berjanji kami tidak akan
menjadi bibit bangsa yang tidak berguna atau bahkan tidak peduli terhadap
negeri yang sedang menangis ini. Kami akan menyumbangkan karya-karya terbaik
kami untuk negeri ini. Karya-karya yang kami lahirkan sesuai dengan bidang
karir yang kami tempuh. Dan karya-karya itu, bukan hanya untuk memperkaya diri
kami sendiri, tapi melalui karya itulah bentuk kontribusi kami untuk negeri
ini. Semakin banyak bibit unggulnya membuahkan karya-karya besar untuk bangsa
ini, maka bangsa ini akan terbangun. Negeri yang besar dan berperadaban maju,
adalah negeri yang mempunyai bibit yang mampu menjadi orang-orang besar yang
peduli terhadap keadaan bangsanya. Bukan orang-orang besar yang hanya peduli
terhadap kebesaran dirinya sendiri.
Kami
akan menunjukkan bahwa kami bisa dan mau untuk memulai perjuangan ini. Kami
akan menjadi anak-anak bangsa yang mampu bersaing dengan negara lain.
Menunjukkan kembali kebesaran negeri ini yang sejarahnya dikenal seluruh dunia.
Mengembalikan kejayaan yang pernah diraih oleh Majapahit dan Sriwijaya pada
jamannya. Sejarah itu menunjukkan pada kita, bahwa negeri ini punya potensi dan
potensi tersebut bisa diwujudkan.
Kami
akan menjadi para ahli di bidang kami masing-masing, untuk kemudian bersatu dan
membangun negeri. Analoginya adalah seperti apabila kita ingin memperbaiki
sebuah kapal yang rusak dan ingin bisa menjalankan kapal tersebut untuk di bawa
berkeliling samudra, kita harus memilki beberapa ahli bidang yang di
butuhkan,misalnya seperti teknisi kapalnya, ahli nahkodanya, ahli peta dan
arahnya, dll. Barulah kapal yang rusak tadi bisa diperbaiki dan dijalankan. Begitu
pula sama halnya apabila kita ingin memperbaiki dan kemudian membangun negeri
ini. Tanpa ahli, kita akan sulit membangunnya. Apalagi bila hanya melalui jalur
underground saja.
Maka
dari itu, disini kami berdiri dan berkomitmen, untuk bisa menjadi pemuda yang
karirnya berguna untuk membangun masyarakat dan negeri ini. Mengubah paradigma
budak yang didoktrinkan pada rakyat sejak jaman penjajahan yang berabad-abad
lamanya. Menerapkan sistem keseimbangan di berbagai sektor. Bukan ideologi
kapitalis ataupun liberalis, dimana yang kaya semakin kaya dan yang miskin
semakin miskin.
Tunggulah
karya-karya besar yang akan kami persembahkan hanya untuk padamu negeri. Karena
kami tidak hanya menikmati karya-karya orang besar, tetapi kami juga akan
selalu belajar bagaimana mesin-mesin pembuat karya itu bekerja, bangunan
epistimologinya untuk bisa menghasilkan karya besar. Dari kami untuk negeri.
Oleh :
Adelia Savitri_Sasindo UA
yang tidak pernah lelah membangun negeri